Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) menggelar serangkaian kegiatan dalam rangka Peringatan Hari Pekerja Sosial Sedunia, tanggal 15 Maret 2022. Hari, yang juga dikenal sebagai World Social Work Day (WSWD) ini diperingati secara serentak di seluruh dunia, terutama oleh negara-negara anggota International Federation of Social Workers (IFSW).
Sebagai satu-satunya wadah asosiasi profesi bagi seluruh pekerja sosial di Indonesia, IPSPI menggelar rangkaian kegiatan WSWD mulai Selasa, 15 Maret 2022 hingga Jumat, 18 Maret 2022. Kegiatan hari pertama adalah Webinar dengan tema Positioning Social Work in an Eco-Social World Building New Partnerships and Aliances. Keynote speaker dalam seminar adalah Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini.
Adapun narasumber seminar adalah Laura Fragiacomo dari Child Protection Specialist – UNICEF Regional Asia Timur dan Pasific, Prof. Do Van Trai dari University of Labor and Social Affairs, Trung Hoa Ward, Hanoi, Vietnam, dan Trihadi Saptoadi (Dewan Pembina Wahana Visi Indonesia). Penanggap adalah Prof. Bambang S. Laksmono, MSc dengan moderator Ni Luh Putu Agastya, MSW.
Dalam sambutan pembukanya pada kegiatan Sesi 1, Ketua Umum IPSPI, Drs. Widodo Suhartoyo, MSc mengatakan bahwa peringatan WSWD kali ini adalah peringatan yang ketiga, yang dirayakan secara online mengingat pandemic COVID-19. “Pada tahun pertama Pandemi Covid, kita bahkan batal menyelenggarakannya,” kata Widodo Suhartoyo.
Disampaikan bahwa Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) adalah satu-satunya wadah asosiasi profesi bagi seluruh pekerja sosial di Indonesia. IPSPI yang didirikan pada tanggal 19 Agustus 1998, di Jakarta adalah anggota aktif dari International Federation of Social Work-Asia Pacific (IFSW-AP).
“Seperti kita ketahui bersama, IFSW adalah badan dunia untuk pekerjaan sosial professional serta memiliki status konsultatif resmi dengan PBB dan badan dunia lainnya,” katanya.
Disampaikan bahwa peringatan hari Pekerjaan Sosial Sedunia tahun ini mengambil Tema: “Co-Building the New Eco-Social World: Leaving No One Behind”. Terjemahan resmi dari tema ini adalah Membangun Bersama Tatanan Dunia Eko-Sosial Baru: Tidak Ada Seorang Pun yang Tertinggal.
“Tema ini menyuarakan tentang persatuan dalam membangun masa depan yang adil dan berkelanjutan bagi semua, dan jangan sampai ada satu orangpun yang tertinggal dalam upaya pembangunan tersebut,” tegas Widodo Suhartoyo.
Diungkapkan bahwa, negara-negara di dunia mengalami krisis akibat Pandemi COVID-19 yang menghancurkan tatanan kehidupan dan menciptakan kesenjangan yang mendalam serta pengucilan sosial. “Kondisi ini menantang kita semua untuk membangun strategi menghadapi dampak dan konsekuensi dari Pandemi COVID-19,” kata Widodo.
Karena itulah, melalui Peringatan Hari Pekerjaan Sosial Sedunia tahun 2022 ini diharapkan mampu mendorong pemikiran kritis para pekerja sosial. Terutama untuk memikirkan cara membangun aliansi dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam membangun tatanan dunia eko-sosial baru yang inklusif bagi semua orang.
“Hari Pekerjaan Sosial Sedunia 2022 diharapkan juga akan menjadi kesempatan utama bagi profesi pekerjaan sosial untuk melibatkan semua jaringan dan komunitas praktik pekerjaan sosial pada pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memungkinkan semua orang dihormati martabatnya melalui masa depan bersama,” tegas Widodo Suhartoyo.
Disampaikan bahwa selama ini, pekerja sosial bekerja di akar rumput membantu mereka yang terpinggirkan dan rentan. Di samping itu, para pekerja sosial juga berusaha untuk mendukung mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan, membantu membangun kapasitas mereka agar mampu menolong dirinya sendiri, mewakili mereka dalam upaya-upaya advokasi.
“Pandemi tidak membuat pekerja sosial mundur dalam membantu di garis depan layanan dan terus berusaha melindungi masyarakat dari dampak terburuk pandemik dan terus membuka akses layanan yang dibutuhkan,” kata Widodo Suhartoyo.
Segala jerih payah dan kerja penuh nilai kemanusiaan dan profesional pekerja sosial yang penuh resiko, kata Widodo Suhartoyo, ternyata masih dihadapkan pada stigma terhadap profesi, diremehkan, dipinggirkan, dan mendapat imbalan yang tidak sesuai bahkan dibayar rendah dalam konteks upah minimum.
Pada saat yang sama, Widodo Suhartoyo mengingatkan bahwa saat ini ada tantangan yang masih harus dihadapi oleh pekerja sosial dalam praktik. Diantaranya adalah: semakin mendalamnya ketimpangan ekonomi dan pengucilan sosial; dampak krisis iklim dan kerusakan lingkungan; erosi kondisi kerja dan memudarnya norma dan institusi sosial; dan adanya potensi ancaman akibat upaya penghematan dalam mengatasi pandemi COVID-19.
“Dalam rangkaian acara WSWD ini, beberapa kegiatan kita lakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut selain untuk mempertegas peranan Pekerja Sosial di Indonesia, adalah juga untuk memenuhi kewajiban IPSPI sebagai Organisasi Profesi Pekerja Sosial terhadap Undang-Undang nomer 14 tahun 2019,” tegas Widodo Suhartoyo.
Pengabdian Terbaik
Menteri Sosial Tri Rismaharini yang hadir sebagai Keynote speaker dalam Webinar peringatan WSWD tersebut, memotivasi agar pekerja sosial tidak berkecil hati dan terus memberikan pengabdian terbaiknya. Di tengah tantangan tugas yang semakin kompleks, Mensos menilai Peksos merupakan tugas yang mulia.
“Kebanyakan orang menilai peksos merupakan pekerjaan sekedarnya. Padahal sebenarnya, tugas peksos ini berat, karena menghadapi penyandang disabilitas dan sebagainya. Walaupun berat dan dianggap remeh, tugas ini grade -nya tinggi di mata Tuhan,” kata Mensos dalam Webinar Peringatan Hari Pekerjaan Sosial Sedunia yang diselenggarakan oleh Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) hari ini, Selasa (15/03) sebagaimana dimuat pada laman kemensos.go.id.
Mensos memotivasi Peksos agar bekerja sungguh-sungguh dan penuh pengabdian. “Jika kita bisa berikan yang terbaik, kita berikan. Jangan kemudian kita mengukur pekerjaan sosial dengan angka-angka,” katanya.
Mensos menyatakan tantangan tugas pekerja sosial cukup berat. Kasus-kasus kekerasan termasuk kekerasan seksual terhadap anak-anak cenderung meningkat. “Jadi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa merespon tantangan dengan cepat,” kata Mensos.
Untuk mengatasi kompleksitas tantangan, Mensos berpesan agar Peksos memperkuat kolaborasi. “Perkuat kerjasama dengan orang lain, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kita bergandengan tangan seperti dengan Tagana, PSM dan Pilar Sosial lain,” katanya.
Dengan bergandengan tangan dan bekerja sama, Mensos yakin kita akan mampu menyelesaikan permasalahan sosial. “Kita akan lebih siap memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Mensos Risma.
Kegiatan hari kedua yang diselenggarakan oleh IPSPI dalam rangka Peringatan Hari Pekerja Sosial Sedunia adalah talkshow dengan tema: Praktik Terbaik Pekerja Sosial Indonesia dalam Membangun Eco-Social yang Berkelanjutan pada Masa Pandemi Covid-19. Pada kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu, 16 Maret 2022, hadir sebagai pembicara adalah: Dindin Komarudin, AKS dari Yayasan Kumala, Zaenal Abidin, S.Sos, M.Si dari DPD IPSPI Jawa Timur, R. Wina, AKS., MBA dari DPD IPSPI Kalsel, Marianus Jago, SST., MM dari DPD IPSPI NTT dan Rahmat Hidayat dari DPD IPSPI Bengkulu.
Pada kegiatan hari ketiga, diselenggarakan seminar dengan tema: Tantangan dan Peluang Dalam Merancang Ulang Praktik Pekerja Sosial di Masa Post Pandemi Covid-19 dengan pembicara Drs. Tata Sudrajat, MSi (Deputy Program Impact and Creation Save The Children), Maria Lauranti (OXFAM Country Director) dan Vierna David (UN Women-Consultant).
Hari keempat, Jumat 18 Maret 2022, rencananya akan diselenggarakan Focus Group Discussion oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI) dengan tema “Tantangan Praktik Pekerjaan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 : Merespon Pendidikan Profesi Pekerjaan Sosial”. (*)